Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Selamat malam, Cahaya

Gambar
(Gambar dari Pixabay ) Entah harus kumulai dari mana untuk mendeskripsikan sosokmu yang tiba-tiba menyapaku malam ini. Sudah kucoba dengan menuliskan bait puisi, tapi ternyata hanya jadi hamburan metafora yang jauh dari indah untuk menggambarkanmu. Aku memang tak pandai menyusun kata. Akhirnya kuputuskan untuk menuliskan kata-kata sederhana ini. Tak ada maksud lain, aku hanya ingin perasaan yang kurasakan kali ini setidaknya menjadi lebih abadi. Hmmh, sedang apa hei kau yang disana ? Apa kau juga merasakan hal sama sepertiku ? Ah, dasar bodoh. Mana mungkin. Aku bahkan ragu kau masih mengingatku. Mungkin bagimu aku hanya sebutir pasir masa lalumu, yang bahkan ada atau tiadaknya aku tak akan berpengaruh untukmu. Tapi jika kau membaca tulisan ini (meski sepertinya itu tak mungkin), aku ingin mengatakan kalau aku sekarang sedang merindukanmu. Boleh kan ? Boleh ya !? :) Tak ada hukum yang melarangnya kan ? Setahuku di UUD '45 tak ada. Memang tak masuk akal kalau aku berharap kau bisa...

Butiran Nostalgia

Gambar
(Gambar dari Pixabay ) Jika kelak kau dengar lagi gemercik kala senja, Jika kelak kau rasakan lagi gigil yang menggila, Jika kelak kau lihat lagi jingga meredup terhalang gelap mega, Jika kelak kau hirup lagi aroma hujan yang melekap jiwa, Kuharap kau ingat, Ketika janji kita ikat, Ketika di pungggmu jaket kutambat, Ketika tanganmu kugenggam erat, Kuharap kau tak lupa, Ketika waktu berhenti seketika, Ketika pawana memeluk kita, Ketika lara lenyap saat itu juga, Kasih, Cobalah tutup payungmu, Cobalah pejamkan matamu, Lalu rasakan setiap butiran yang jatuh, Maka kau akan kuyup dengan nostalgia utuh, Kasih, Itulah cara langit menyapa, Begitulah cara bumi menerima, Karena mereka muskil bersama, Karena itu hukum semesta.

Aku, kamu, langitmu

Gambar
Kamu masih saja berbicara tentang langit kepadaku. Langit yang selalu kamu inginkan untuk digapai. Tapi kamu tentu saja tidak tahu apa yang ada di sana. Perlukah aku katakan padamu kalau langit yang kamu inginkan itu tak lebih dari ruang hampa yang bahkan mungkin tak bertepi ? Tapi itu akan membuatmu sakit, dan aku tak suka kamu sakit. "Hari ini aku mau pergi sama dia." Kamu berkata dengan tersenyum girang. Dan aku hanya tersenyum kecil. "Kamu kenapa ?" senyummu meredup. "Tidak apa-apa." Dan aku lagi-lagi hanya tersenyum kecil. "Bohong." "Terus kamu mau aku kenapa ?" Kamu pun diam. Aku pun diam. Dan dunia pun seolah diam. --- Langitmu itu, kamu bilang berwarna biru. Aku bersumpah, sungguh, itu warna palsu ! Juga pelanginya, itu tak lebih dari biasan warna semu. Saat itu, wajahmu tertutup awan kelabu. "Aku takut." Kamu mengatakan itu padaku. "Apa yang kamu takutkan ?" "Aku takut, aku tak terlalu pan...