Menunggu Badai

(Gambar dari Pixabay)



Tanah berapi, berbatu
Terinjak siksa
Bersandar dinding di dinding
Hanya palsu menjalar di diri

Bianglala menghitam di sini
Semesta sementara tak pahami
Hingga mega-mega berpendar pudar
Dipuput bayu ke layar

Karat kini merekat diri
Menyayat
Merajut benci, menjadi tali
Mati kembali, berselimut imaji

Kujangkarkan sampan di karang
Menunggu badai menghancurkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat malam, Cahaya

Kardus di Atas Kasur

Persimpangan Jalan